#KaryaSahabatKK: Serial #PerempuanSulawesi Eps. 1 -
Ibu Agung Hajjah Andi Depu
oleh Ade Nurchalisa, penerima Beasiswa BESTARI Batch 1 asal Sulawesi Selatan
Pahlawan biasanya diidentikkan dengan mengangkat senjata. Tahukah SahabatKK ada pahlawan perempuan Indonesia yang berkontribusi melawan penjajah dengan cara menenun? Dalam episode 1 serial #PerempuanSulawesi ini, Ade Nurchalisa, awardee Beasiswa BESTARI Batch 1 asal Sulawesi Selatan akan membahas tentang sosok pahlawan perempuan yang unik dan keren bernama Ibu Agung Hajjah Andi Depu.
Ibu Agung Hajjah Andi Depu adalah seorang tokoh perempuan patriot pembela tanah air asal Sulawesi. Sejak kecil, beliau bisa dikatakan seorang perempuan tomboy. Salah satu kegemarannya adalah memanjat pohon. Beliau juga menampakkan keberanian untuk menentang penjajah.
Andi Depu tercatat sebagai pemimpin perempuan pertama dalam sejarah Kerajaan Balanipa, Polewali Mandar, raja Balanipa ke-52. Beliau menempuh pendidikan yang sangat terbatas meskipun berasal dari keluarga kerajaan.
Akan tetapi, keadaan ini justru mendatangkan kesempatan baginya untuk menggunakan waktu luangnya dengan bergaul dengan rakyat dan memperdalam ilmu agamanya.
Beliau menggunakan strategi unik untuk melawan Belanda dengan memanfaatkan keahlian menenunnya untuk mengantarkan pesan rahasia kepada para pejuang. Pasukannya juga dipimpin dengan taktik gerilya yang efektif.
Pada tahun 2018, Andi Depu dianugerahi gelar Pahlawan Nasional. Semangatnya yang pantang menyerah dan kegigihannya dalam memperjuangkan kemerdekaan akan terus menginspirasi generasi penerus bangsa.
Sumber:
Kahar, A. (2018). Andi Depu: Pejuang Wanita Sulawesi Selatan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Latif, A. (2020). Perempuan Sulawesi Selatan dalam Perjuangan Kemerdekaan. Makassar: CV. Lagaligo.
Nurlina, R. (2019). Peran Andi Depu dalam Perjuangan Kemerdekaan Indonesia di Sulawesi Selatan. Jurnal Sejarah Universitas Negeri Makassar, 12(1), 1-12.
Nurhayati, S. (2021). Keteguhan dan Keberanian Andi Depu dalam Melawan Penjajah Belanda. Jurnal Ilmiah Pattimura, 29(2), 185-198.
Sumber gambar: Facebook Munu Ikha (via Kumparan), Validnews, Youtube Bahri Sejarah