Rumus Mudah Mengatur Keuangan dengan Konsep Buyerarchy of Needs

Sumber gambar: Canva


Tanggal kembar, momen setelah mendapat THR, atau akhir bulan biasanya adalah momen yang ditunggu-tunggu karena banyak promo besar di e-commerce maupun toko luring. Banyak potongan harga maupun paket-paket menarik yang sepertinya sulit untuk dilewatkan. Apalagi dengan adanya flash sale, diskon terbatas dimana kita berlomba-lomba untuk mendapatkan produk dengan harga miring dalam kurun waktu tertentu.


Di tengah animo tersebut, pasti kita tergoda untuk checkout karena takut barang yang dilihat tidak mendapat diskon besar lagi. Akibatnya kita terjebak untuk melakukan pembelian impulsif dan malah membeli barang-barang yang sebenarnya tidak kita perlukan untuk jangka waktu yang lama. Budget yang awalnya bisa digunakan untuk membeli kebutuhan, malah jadi dipakai untuk hal yang kurang penting atau tidak bisa dipakai berulang kali sehingga terjadi penumpukan barang juga.


Tenang saja SahabatKK, ada formula yang bisa kamu ingat dan jadikan acuan sebelum menentukan untuk membeli sesuatu. Mari berkenalan dengan konsep ‘Buyerarchy of Needs’ yang diciptakan oleh Sarah Lazarovic.

Sumber gambar: sarahl.com 


Konsep ini terdiri dari 6 tingkatan pertimbangan yang bisa kita pikirkan sebelum membeli sebuah barang. Contohnya, apabila tidak bisa menggunakan apa yang dimiliki (use what you have), maka kita bergerak ke tingkat atasnya lagi untuk dijadikan pertimbangan. Menarik bukan? Yuk cari tahu lebih lanjut tentang setiap tingkatannya!


Coba cek lemari atau gudang, siapa tahu ada yang bisa dipakai sebagai alternatif. Kamu juga bisa memadupadankan (mix and match) barang-barang yang sudah ada menjadi tampilan baru. Tidak mengikuti tren sebentar tidak apa-apa, yang penting dompet aman.


Apalagi untuk barang yang mungkin hanya akan kamu pakai beberapa kali atau untuk acara tertentu seperti pentas, lomba, atau acara keluarga. Pastikan kamu menjaga barangnya baik-baik dan tidak lupa untuk mengembalikan barangnya ya!


Kalau ada barang yang kamu ingin keluarkan dari lemari lalu kebetulan ada teman yang punya barang yang kamu mau dan dia lagi cari barang kamu, lebih baik bertukar atau barter saja. Seperti zaman dulu atau masa kecil saat bertukar kertas binder, barter bisa jadi solusi untuk mendapat barang yang kamu inginkan dengan barang yang kamu mau ‘lepas’. Sekali mendayung, 2-3 pulau terlampaui!


Data dari YouGov (dalam Rizqiyah, 2023) menyebutkan bahwa dalam setahun, sedikitnya satu pakaian terbuang oleh 66% masyarakat dewasa di Indonesia. Yang lebih mengejutkan lagi, setelah hanya dipakai sekali, 3 dari 10 orang Indonesia mengaku pernah membuang pakaian. Coba bayangkan berapa banyak sampah pakaian yang sudah ada di sekeliling kita.


Daripada terbuang sia-sia, kita bisa memilih untuk ‘mengadopsi’ barang-barang bekas dan layak pakai tersebut. Apalagi dengan semakin menjamurnya thrift shop (toko barang bekas) di sosial media, e-commerce, dan toko luring yang membuat barang bekas layak pakai semakin terjangkau.


Asah kreativitas dengan membuat sendiri barang-barang yang diinginkan. Apabila kamu sedang ingin membeli tempat untuk meletakkan alat tulis di meja belajar, tidak ada salahnya untuk membuat sendiri dari kardus atau botol bekas. Dengan membuat prakarya DIY (Do It Yourself: lakukan sendiri), kita juga bisa melakukan kustomisasi melalui sentuhan-sentuhan personal di hasil karya tangan kita sendiri.


Kalau 5 tahapan di atas tidak memungkinkan untuk dilakukan di situasi kamu, beli barang yang kamu inginkan, namun tetap dengan mempertimbangkan beberapa hal;


Bagaimana SahabatKK? Semoga poin-poin di atas bisa dijadikan pertimbangan kamu sebelum memutuskan untuk checkout. Daripada jadi boros berkedok ‘kebutuhan’ atau ‘self reward’, yuk kita jadi lebih mindful saat menggunakan uang! Semoga bermanfaat :)


Sumber:

Rizqiyah, A. (2023). Sampah Pakaian Makin Banyak, Saatnya Sudahi Konsumsi Fast Fashion. GoodStats. https://goodstats.id/article/sampah-pakaian-makin-banyak-saatnya-sudahi-konsumsi-fast-fashion-Bx10s