Sudahi Malumu, Ayo Jadi #PeriodPositive Bersamaku!

Sumber gambar: Canva


“Kamu bawa roti Jepang ga? Boleh minta 1?”

“Hah?”

“Roti Jepang…itu buat orang yang lagi M.”

“Hah? M apa?”

“M itu…itu loh si tamu bulanan?”

Familiar dengan situasi tersebut? Dalam obrolan sehari-hari, tidak jarang kita menemukan atau menggunakan istilah-istilah supaya tidak menyebut kata ‘menstruasi’ secara gamblang. Survey yang dilakukan aplikasi Clue dan The International Women's Health Coalition pada tahun 2016 menemukan bahwa ada lebih dari 5.000 istilah untuk menstruasi yang digunakan di 190 negara. Padahal, menstruasi adalah proses alami yang dialami perempuan sebagai bagian dari dampak siklus bulanan, namun kenapa membicarakannya menjadi sesuatu yang harus ditutup-tutupi?


Kondisi ini dipengaruhi oleh beberapa faktor yang sudah lekat di masyarakat. Contohnya seperti budaya atau tabu yang menganggap perempuan yang sedang menstruasi sebagai kotor atau tidak suci sehingga harus dijauhi, kurangnya pengetahuan tentang pendidikan kesehatan reproduksi, dan stigma buruk yang mengaitkan menstruasi dengan akhlak negatif perempuan.

Bukan hanya menghindari menyebut kata ‘menstruasi’, hasil dari anggapan negatif tentang menstruasi juga dapat berupa menyembunyikan kemasan pembalut dan tidak mengizinkan laki-laki untuk melihatnya. Perempuan, laki-laki, tua, muda, siapa saja, berhak untuk tahu tentang menstruasi dan hal-hal yang berkaitan lainnya.

Justru, semakin kita memikirkan, bicara dan memperlakukan menstruasi sebagai hal tabu, berarti kita semakin menutup akses pendidikan dan hak kesehatan reproduksi perempuan. Di Nepal, ada sebuah praktik berbahaya bernama chhaupadi. Perempuan yang sedang menstruasi dianggap tidak suci sehingga harus diasingkan ke gubuk yang terpisah dari rumah mereka. Dikarenakan gubuk tersebut tidak memiliki ventilasi dan sanitasi yang baik, perempuan yang sedang diasingkan sangat rentan terhadap suhu ekstrim, serangan binatang, bahkan pelecehan seksual. Meskipun sudah dikriminalisasi sejak tahun 2017, praktik ini masih berlangsung karena rasa takut tertimpa bala.

Maka dari itu, proses keluarnya darah kotor dari tubuh perempuan jangan dianggap sebagai hal yang kotor dan tabu juga. Kamu bisa mulai dari mengurangi bahkan tidak memakai istilah-istilah saat membicarakan tentang menstruasi. Ketika ada teman yang malu untuk menyampaikan bahwa ia sedang menstruasi, jadilah tempat aman baginya untuk berbicara dengan tidak menghakimi teman yang belum percaya diri. Tegur orang di sekitar yang masih mempercayai mitos seputar menstruasi secara baik-baik.

Ayo jadi period positive, mari memandang menstruasi sebagai hal yang positif, normal dan manusiawi, karena hak kesehatan reproduksi adalah hak asasi manusia. Yuk kita usahakan kehidupan bermasyarakat yang lebih bahagia dan sehat itu!


Sumber:


Freidman, K. (2016). Top euphemisms for “period” by language. https://helloclue.com/articles/culture/top-euphemisms-for-period-by-language 


Rai, D. (2022). Nepal: Why menstrual huts still exist despite being illegal. https://www.dw.com/en/nepal-why-menstrual-huts-still-exist-despite-being-illegal/a-63464074