Apakah Benar Minat Baca di Indonesia Tergolong Rendah? 

Halo SahabatKK! Kalau mendengar soal minat baca, mungkin SahabatKK sudah familier dengan kalimat “minat baca di Indonesia rendah, peringkat dua terbawah dari 62 negara.” Hm, bagaimana menurut SahabatKK terkait pernyataan tersebut?

Pernyataan ini bukan datang tanpa sebab, melainkan lahir dari penelitian yang dilakukan oleh Central Connecticut State University (CCSU) dengan tajuk World’s Most Literate Nation. Di penelitian ini, Indonesia menempati peringkat 61 dari 62 negara, hanya lebih tinggi satu peringkat dari Bostwana. Di peringkat 1, ada Finlandia. Sedangkan negara-negara yang terkenal akan kualitas pendidikannya seperti Korea Selatan, Singapore, dan Jepang masing-masing menempati peringkat 22, 36, dan 32.

Namun, tahukah SahabatKK apa saja kriteria dari penelitian yang dilakukan oleh CCSU ini?

Pemeringkatan yang dilakukan dan dirilis oleh CCSU pada Maret 2016 ini ternyata didasari oleh lima indikator kesehatan literasi negara, yaitu perpustakaan, surat kabar, pendidikan, dan ketersediaan komputer. Dari indikator tersebut, kita bisa memahami kenapa Indonesia bisa menempati peringkat dua terbawah. Budaya membaca kita sendiri bisa dikatakan berbeda, oleh karena masyarakat jarang ke pergi membaca ke perpustakaan, entah karena fasilitasnya yang kurang memadai atau tidak tersedianya perpustakaan di daerah tempat mereka tinggal.

Bisa disimpulkan, pemeringkatan yang dilakukan oleh CCSU tidak bisa menjadi penilaian tunggal akan minat baca Indonesia karena tidak mencerminkan budaya membaca di Indonesia yang kebanyakan lebih banyak membaca dari rumah.

Situasi Literasi di Indonesia

Dalam upaya meningkatkan literasi sendiri, penulis sekaligus Duta Baca Indonesia, Gol A Gong, sempat memaparkan dua kendala utama dalam peningkatan literasi nasional. Dua kendala ini meliputi sulitnya akses buku dan distribusi buku yang tidak merata. Salah satu contohnya, masyarakat Indonesia di luar Jawa dan khususnya di wilayah Indonesia timur, seperti Papua dan Maluku sulit untuk mendapatkan buku oleh karena minimnya jumlah percetakan dan penerbitan buku berkualitas di daerah.

Sisi lain dari masalah ini adalah ketika ingin membeli buku yang bermutu, teman-teman di luar Jawa akan mendapatkan ongkos kirim yang besar, sampai kadang biaya kirim bisa dua kali lipat dari harga buku, sehingga dinilai perlu adanya dukungan politik anggaran untuk meningkatkan minat baca di Indonesia. Gol A Gong juga melanjutkan, berdasarkan pengalamannya, bahwa minat baca di Indonesia sebenarnya cukup tinggi, hanya saja terkendala oleh dua kendala utama tersebut. Beliau juga berpesan untuk jangan terpaku pada penilaian yang menyebutkan orang Indonesia malas membaca, tetapi kita juga harus mendorong masyarakat untuk memanfaatkan perpustakaan dan mencoba menggabungkan literasi media dengan literasi lainnya seperti literasi keuangan, literasi usaha, dan lainnya.

Hadirnya Perpustakaan Digital

Salah satu kendala yang ada di Indonesia adalah akses yang sulit pada sumber bacaan. Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan sempat melaporkan hasil penelitiannya pada tahun 2019 yang menunujukkan di Infonesia, ada sebanyak 3 provinsi masuk kategori sedang, 16 provinsi termasuk kategori rendah, dan 15 provinsi lainnya sangat rendah untuk Dimensi Akses. Dimensi Akses ini disusun oleh indikator seperti persentase perpustakaan sekolah dalam kondisi baik dan petugas pengelola perpustakaan sekolah, serta indikator akses di masyarakat seperti tergambar pada persentase perpustakaan umum, perpustakaan komunitas, rumah tangga yang membeli surat kabar atau koran, dan rumah tangga yang membeli majalah atau tabloid.

Namun, di zaman sekarang, sumber bacaan tidak hanya ada di media cetak. SahabatKK bisa mulai mengeksplorasi media digital untuk menjadi sumber bacaan berkat kemajuan teknologi. Salah satunya iPusnas.

Untuk mendaftar menjadi anggota pun mudah, hanya perlu email. iPusnas banyak menyediakan buku dari fiksi maupun non fiksi. Buku-buku yang bisa dipinjam secara online, legal dan gratis ini bisa menjadi alternatif untuk SahabatKK yang tetap ingin membaca buku tapi terhalang oleh akses.

Semangat terus untuk meningkatkan literasi, SahabatKK!


Sumber:

Zumrotun Solichah. (2022, February 5). Duta Baca Indonesia paparkan kendala peningkatan literasi nasional. Antara News; ANTARA. https://www.antaranews.com/berita/2686025/duta-baca-indonesia-paparkan-kendala-peningkatan-literasi-nasional